Alhamdulillah...Filem yang berunsurkan legasi islam sudah mula menembusi pasaran perfileman negara. Jika dulu kita di kejutkan (ibarat tidur yang lena di waktu subuh, di kejutkan ibu yang lembut) dengan kebangkitan nasyid yang telah merubah iklim suara negara, kini perfileman juga di lihatkan sudah memperlihatkan syiar nya.... Bermula dengan filem Ayat-ayat cinta, cerita yang berunsurkan Islamic romance telah menyusup masuk ke dalam industri perfileman negara. Maka bermulalah pengenalan istilah "taaruf" di dalam hubungan yang membawa pernikahan yang selama ini telah dikaburi dengan kaedah yang tidak di benarkan di dalam Islam. Walaupun jalan cerita karya suadara Habiburrahman El-Shirazy ini masih di selubungi unsur berpegangan yang bukan mahram (pelakon utama bersama isteri), namun aspek menjiwai watak untuk kearah islam juga boleh di ambil i`tibar.
Sungguhpun begitu, yang ingin saya kongsikan di sini, adalah betapa lebih menariknya jalan cerita Ketika Cinta Bertasbih (KCB) satu dan dua. Ternyata adunan acara, barisan pelakon, dan juga jalan karya begitu teliti sekali dalam menjaga akhlaq yang sepatutnya, garis hubungan yang sepatutnya. Betapa watak khairul Azzam adelah watak pemuda yang seharusnya berlaku pada pemuda sekarang, begitu juga Anna. saya sendiri sudah dua kali menghayati KCB dan tidak pernah jemu untuk menonton (sama seperti cerita Remember The Titans). Bagaimana di saat Azzam bertemu bonda, kehilangan bonda, pasrah kepada ALLAH yang menetukan takdir jodohnya, sangat menghormati orang yang lebih berilmu, begitula jua yang seharusnya kita didik diri dan juga anak anak kita.
Bagi mereka yang mangagungkan poligami (bahkan mungkin saya juga), Tersentak dengan lontaran kata dari Anna yang mengisbatkan kehidupan isteri Rasulullah dan sahabat dalam soal berpoligami. Begitu pun kita mengikut sunnah, kita harus melihat bagaimana juga aturan sahabat Rasulullah bagi mengukur prestasi keimanan kita kepada ALLAH. Sedangkan mereka yang hampir kepada Rasul juga takut memikul tanggungjawab, apakah kita mampu untuk mendukungnya? Apapun, inilah kisah pemuda muslim yang seharusnya menjadi contoh kita dalam usaha mencari cinta dan kekasih.
”yang WAJIB dipenuhi adalah syaratnya manfaat dan memberi faedah kepada isteri, misalnya sang suami tidak akan mengeluarkan sang isteri dari rumahnya atau dari kampungnya..tidak berpergian atau membawanya atau tidak akan menikah atasnya..syarat seperti ini wajib ditepati oleh suami untuk isteri..jika suami tidak menepati maka isteri berhak minta dihapuskan nikahnya”
"Hal seperti ini diriwayatkan dari Umar bin al-Khatab r.a dan Saad Bin Abi Wakad, Muawiyah dan Amru bin As"
"Saya hanya ingin seperti fatimah puteri nabi yang seumur hidupnya tidak pernah dimadu oleh Sayiddina Ali bin Abi Talib suaminya..
Saya ingin seperti siti Khodijah yang selama berumah tangga dengan rasulullah S.A.W. juga tidak pernah dimadu..sungguh saya tidak haramkan poligami, tapi inilah syarat yang saya ajukan, jika dipersetujui akad nikahnya bisa dirancang untuk dilaksanakan..jika tidak disetuju tidak apa-apa, silakan bakal suami yang ingin menikahi saya menikah gadis2 lain yang mungkin bersedia tanpa mengajukan apa2 syarat,,,
petikan dari KCB
Sungguhpun begitu, yang ingin saya kongsikan di sini, adalah betapa lebih menariknya jalan cerita Ketika Cinta Bertasbih (KCB) satu dan dua. Ternyata adunan acara, barisan pelakon, dan juga jalan karya begitu teliti sekali dalam menjaga akhlaq yang sepatutnya, garis hubungan yang sepatutnya. Betapa watak khairul Azzam adelah watak pemuda yang seharusnya berlaku pada pemuda sekarang, begitu juga Anna. saya sendiri sudah dua kali menghayati KCB dan tidak pernah jemu untuk menonton (sama seperti cerita Remember The Titans). Bagaimana di saat Azzam bertemu bonda, kehilangan bonda, pasrah kepada ALLAH yang menetukan takdir jodohnya, sangat menghormati orang yang lebih berilmu, begitula jua yang seharusnya kita didik diri dan juga anak anak kita.
Bagi mereka yang mangagungkan poligami (bahkan mungkin saya juga), Tersentak dengan lontaran kata dari Anna yang mengisbatkan kehidupan isteri Rasulullah dan sahabat dalam soal berpoligami. Begitu pun kita mengikut sunnah, kita harus melihat bagaimana juga aturan sahabat Rasulullah bagi mengukur prestasi keimanan kita kepada ALLAH. Sedangkan mereka yang hampir kepada Rasul juga takut memikul tanggungjawab, apakah kita mampu untuk mendukungnya? Apapun, inilah kisah pemuda muslim yang seharusnya menjadi contoh kita dalam usaha mencari cinta dan kekasih.
”yang WAJIB dipenuhi adalah syaratnya manfaat dan memberi faedah kepada isteri, misalnya sang suami tidak akan mengeluarkan sang isteri dari rumahnya atau dari kampungnya..tidak berpergian atau membawanya atau tidak akan menikah atasnya..syarat seperti ini wajib ditepati oleh suami untuk isteri..jika suami tidak menepati maka isteri berhak minta dihapuskan nikahnya”
"Hal seperti ini diriwayatkan dari Umar bin al-Khatab r.a dan Saad Bin Abi Wakad, Muawiyah dan Amru bin As"
"Saya hanya ingin seperti fatimah puteri nabi yang seumur hidupnya tidak pernah dimadu oleh Sayiddina Ali bin Abi Talib suaminya..
Saya ingin seperti siti Khodijah yang selama berumah tangga dengan rasulullah S.A.W. juga tidak pernah dimadu..sungguh saya tidak haramkan poligami, tapi inilah syarat yang saya ajukan, jika dipersetujui akad nikahnya bisa dirancang untuk dilaksanakan..jika tidak disetuju tidak apa-apa, silakan bakal suami yang ingin menikahi saya menikah gadis2 lain yang mungkin bersedia tanpa mengajukan apa2 syarat,,,
petikan dari KCB
